Hadirnya internet dalam kehidupan manusia memberikan segala bentuk kemudahan dalam mengakses berbagai informasi yang diinginkan. Kini internet sudah menjadi kebutuhan pokok bagi sebagian besar manusia di muka bumi, khususnya yang tinggal di perkotaan. Semua berkembang begitu pesat, sehingga ikut mempengaruhi pertumbuhan dan kinerja di beberapa sektor pekerjaan, termasuk sektor fashion.
Kemudahan dalam mengakses internet lewat berbagai perangkat, membuat banyaknya situs belanja online bermunculan dengan memberikan berbagai kemudahan pelayanan, tanpa perlu rempong ke luar rumah.
Kemudahan fasilitas tersebut kemudian dimanfaatkan oleh pelaku bisnis fashion dengan mengubah cara orang dalam memperlakukan pakaian mereka dan membuat orang dengan mudah terpengaruh untuk membeli pakaian secara tidak bijak, sehingga berakhir pada penumpukan sampah fashion di rumah. Mewah dan gemerlapnya industri fashion di seluruh dunia, ternyata menyisakan cerita yang teramat pilu untuk lingkungan. Tahukah kamu kalau industri fashion ternyata menduduki posisi kedua paling tinggi dalam menyumbang polusi dan kerusakan lingkungan terbesar di dunia? Alamak!
Menurut penelitian yang dilakukan Ellen MacArthur Foundation, industri fashion banyak menghasilkan emisi gas yang merusak iklim dibandingkan dengan industri pelayaran dan penerbangan yang jika digabungkan menjadi satu. Ada sebanyak 10% emisi karbon dioksida global yang dihasilkan oleh industri fashion, sedangkan industri penerbangangan (aviasi) menghasilkan sebanyak 2%. Itu pun belum termasuk pencemaran air, perubahan iklim, isu-isu kemanusiaan, seperti upah buruh pekerja pabrik di bawah standar, eksploitasi anak, dan sederet isu sosial lainnya.
Pertumbuhan industri fashion yang massif ternyata berbanding lurus dengan jumlah sampah yang dihasilkan. Sebanyak 92 juta ton sampah di dunia dihasilkan dari industri fashion saja, lho! Dan itu pun terus mengalami peningkatan setiap tahunnya. Meningkatnya jumlah sampah tersebut disebabkan, karena banyaknya perilaku konsumtif masyarakat dunia, terutama berkaitan dengan gaya hidup. Tentunya hal ini sejalan dengan semakin maraknya produk-produk fashion yang dijual secara konvensional maupun online.
Pencemaran dan kerusakan lingkungan sangat erat kaitannya dengan perkembangan tren fashion, atau biasa kita kenal dengan istilah fast fashion. Ya, sebuah konsep di mana para pebisnis fashion berlomba-lomba dalam menciptakan dan memperkenalkan produk terkini mereka secara massal dan dalam kurun waktu yang sesingkat-singkatnya.
Karena banyaknya jumlah sampah di bumi yang diakibatkan oleh limbah fashion, maka ikut menjadi sorotan serius para pemerhati lingkungan di seluruh dunia. Lalu, hadirlah gerakan sustainable fashion atau gerakan fashion beretika dengan mengutamakan nilai-nilai kemanusiaan dan lingkungan.
Eits, tidak hanya itu saja, lho! Ternyata limbah dari industri fashion ini bisa menjadi peluang bisnis baru atau bisa menjadi bagian dari Green Jobs, salah satunya Eco Fashionpreneur.
Apa itu Green Jobs?
Apa sih yang terlintas dipikiran kamu ketika pertama kali mendengar kata Green Jobs? Tentu kamu pasti akan mengaitkannya dengan pekerjaan yang membawa misi dan visi isu lingkungan saja kan? Atau mungkin pekerjaan yang dilakukan oleh para aktivis atau relawan yang peduli dengan lingkungan. Sebenarnya bukan begitu konsep berpikirnya, ya! Konsep Green Jobs sendiri memiliki makna yang luas.
Menurut International Labour Organization (ILO), Green Jobs merupakan salah satu jenis pekerjaan kekinian yang berorientasikan pada ramah lingkungan atau berbasis pada perkembangan berkelanjutan.
Hadirnya Green Jobs ini diharapkan untuk mengurangi dampak dari kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh perusahaan di berbagai sektor industri, hingga ke tingkat yang mampu melestarikan lingkungan hidup. Secara khusus artinya pekerjaan ini mencakup semua sektor industri yang dapat membantu melindungi ekosistem dan biodiversitas, mengurangi energi, materi, dan konsumsi air lewat strategi yang memiliki tingkat efisiensi tinggi, dekarbonisasi, serta mengurangi pembuatan segala bentuk limbah dan polusi.
Apakah penting adanya Green Jobs?
Bekerja dan memiliki usaha dibidang Green Jobs tidak hanya bertujuan untuk mengambil keuntungan semata. Produk dan jasa yang dihasilkan pun harus dapat memberikan manfaat dan kontribusi yang besar bagi manusia dan alam. Sehingga usaha yang dilakukan memiliki dampak yang besar dan turut mengurangi potensi kerusakan lingkungan.
Coba tengok, akhir-akhir ini cuaca ekstrem dan bencana alam datang silih berganti, dan bumi pun sudah mulai ‘penat’ dalam menghadapi pemanasan global. Dalam waktu dekat jika ini dibiarkan dan tidak mempertimbangkan dampaknya pada bumi dan seisinya, kemungkinan besar anak dan cucu kita nanti akan hidup dalam kondisi bumi yang sudah rusak.
Green Jobs dapat dijadikan jembatan untuk menciptakan masa depan yang lebih berkelanjutan. Upaya untuk melibatkan berbagai pihak, termasuk pemerintah berperan penting dalam membuka usaha dan lapangan pekerjaan baru terutama di bidang Eco Fashionpreneur.
Bisnis pakaian ramah lingkungan (Eco Fashionpreneur) sudah mulai berkembang dan dilirik oleh para desainer di tanah air. Tentunya masih ingat dong dalam ingatan kita dengan sosok Merdi Sihombing. Beliau adalah desainer lokal asal pulau Samosir dan juga pendiri dari Eco Fashion Indonesia. Beliau dalam setiap karyanya selalu konsisten menggunakan bahan-bahan yang ramah lingkungan. Tak hanya itu, beliau juga memberikan kesempatan bagi warga sekitar bekerja dengannya, agar bisa hidup mandiri secara finansial, dan mengasah potensi yang dimiliki. Tentunya sesuai dengan nilai-nilai dari Green Jobs itu sendiri, yaitu berkontribusi pada manusia dan alam.
Ide bisnis di bidang eco fashion
Sebenarnya istilah eco fashion hampir serupa dengan sustainable fashion, yaitu konsep membuat pakaian yang lebih mengedepankan nilai-nilai kemanusiaan dan lingkungan. Bila ditelusuri lebih dalam lagi, eco fashion tidak hanya berfokus pada aspek bahan yang dipakai dan lingkungan yang terkena dampaknya saja, melainkan juga ikut memperhatikan kesehatan si pemakai (calon pembeli) serta daya tahan dari pakaian tersebut.
Pakaian yang didasarkan pada prinsip eco fashion memiliki keuntungan bagi lingkungan sekitar. Pertama, mengurangi kerusakan lingkungan, karena menggunakan bahan yang alami dan tanpa pestisida. Kedua, pakaian yang terbuat dari bahan denim, plastik, dan tekstil dapat didaur ulang kembali. Ketiga, pakaian yang mengedepankan nilai-nilai ramah lingkungan akan lebih tahan lama dan mengurangi kebutuhan orang dalam membeli produk pakaian.
Salah satu contoh ide bisnis di bidang eco fashion yang bisa kita coba di awal dengan modal minim, yaitu mendaur ulang celana jeans bekas. Celana jeans yang bekas dan sudah tidak terpakai, jangan langsung dibuang, kalian bisa mengkreasikannya dengan membuat beragam prakarya mulai dari tote bag, pouch makeup, hingga hiasan dinding. Selain itu positifnya kita juga ikut serta menjaga bumi dari limbah pakaian denim.
Apa yang harus dilakukan?
Mencoba dan memulai gaya hidup ramah lingkungan atau eco fashion, bukan berarti kita membongkar, mengubah, dan membuang semua isi lemari pakaian, ya. Tetapi kita mencoba untuk mulai mendaur ulang kembali pakaian yang sudah tidak terpakai lagi, seperti dijadikan keset, bertukar pakaian dengan kerabat atau menyumbangkannya kepada yang membutuhkan.
Selain itu, kalian juga bisa berburu pakaian second hand alias thrift shopping. Atau ketika kalian tidak memiliki dana lebih untuk membeli pakaian formal untuk kebutuhan suatu acara misalnya kalian bisa menyewanya lewat aplikasi. Tentu manfaat yang kalian rasakan akan banyak, karena kalian tidak perlu banyak mengeluarkan dana lebih untuk beli pakaian itu dan tidak menumpuk pakaian di dalam lemari. Dan hebatnya lagi kalian bisa tampil stylish dengan pakaian terkini tanpa harus membuang pakaian lama.
Terakhir, untuk menerapkan hidup dengan fashion berkelanjutan tidaklah mudah butuh konsistensi. Setidaknya hal-hal kecil tadi bisa kita terapkan, ya! Meskipun belum berdampak besar, setidaknya kita sudah ikut berkontribusi dalam menyelamatkan lingkungan dari limbah fashion. Bagaimana dengan kalian share di kolom komentar, ya
Tulisan ini hasil karya kontributor kami, Yopi Saputra
Editor: Sarah Safira Sofiani & Cynthia S Lestari.
Tertarik menjadi kontributor kami? Kunjungi link berikut untuk menulis atau email draftmu ke hi.lyfewithless@gmail.com dengan subject: CONTRIBUTOR – NAMA.