Kasus covid19 yang meningkat kembali mengharuskan kita melakukan social distancing atau berusaha mengurangi interaksi, bertemu, berkumpul dalam jumlah massa yang banyak untuk sementara. Sehingga kita berkomunikasi dengan orang lain lewat smartphone. Tapi penggunaan smartphone juga bisa membuat kita melekat terhadapnya. Yang awalnya hanya ingin berkomunikasi dengan partner kita, setelah itu kita tergoda membuka hal-hal yang lainnya sebenarnya tidak begitu penting. Hal tersebut jika dilakukan dalam jangka panjang atau menjadi kebiasaan akan berdampak buruk pada diri kita. Apalagi akhir-akhir ini banyak sekali berita hoax bermunculan seputar covid 19.
Berita hoax dapat membuat kita stress karena merasa tertekan, terancam karena terlalu banyak berita yang kita terima dan belum jelas sumbernya. Yang paling parah, hal ini mempengaruhi perilaku konsumsi kita, panic buying.
Meningkatnya kasus covid 19 mendorong sebagian dari kita melakukan panic buying. Hal ini bisa kita jumpai di kanal-kanal berita dan sosial media, fenomena banyak orang yang rela mengantri, berdesakan dan membeli dalam jumlah banyak sejumlah vitamin suplemen, hand sanitizer, sembako, masker, bahkan susu beruang dalam jumlah besar sebagai persediaan berjaga-jaga di rumah. Banyak yang membeli karena mendapatkan pesan pseudoscience (pesan berbasis katanya dan kayaknya) dan juga termakan komunikasi iklan dari susu beruang itu sendiri. Pada intinya, kita bisa melihat orang-orang melakukan hal yang sama yaitu membeli secara berlebihan dan hal ini dapat mengakibatkan kelangkaan juga ketimpangan kebutuhan bagi yang benar-benar membutuhkan.
Adalagi, tak jarang orang-orang menjadi merasa tahu segalanya, atau dalam psikologi disebut dunning kruger effect yang menggambarkan seseorang merasa diri lebih pintar daripada kenyataannya. Hal ini dapat memperburuk dan mempersulit suasana, apalagi ketika seseorang menyebarkan berita hoax namun tetap mempercayainya sebagai kebenaran.
Pada kenyataannya tidak semua berita adalah benar, oleh karena itu kita harus cermat memilah informasi supaya terhindar dari berita-berita hoax tersebut.
- Bedakan antara fakta dan opini. Fakta adalah keadaan atau peristiwa yang benar-benar ada atau terjadi di kehidupan nyata. Sedangkan opini adalah pendapat, pandangan, gagasan, sikap, saran atau solusi seseorang terhadap sebuah masalah atau kejadian yang sedang dibahas.
- Baca secara perlahan dan lengkap, jangan baca setengah-setengah, dan usahakan untuk tidak cepat mengambil kesimpulan. Bacalah berita secara utuh dan cermat, supaya kita tidak terprovokasi dengan foto dan judul suatu berita.
Memang saat pandemi ini, kita harus bisa memanfaatkan kehidupan daring. Tapi kontrol pemakaian agar tetap sehat raga dan jiwa di masa sekarang.
Melihat keadaan seperti ini, rasanya sangat tepat untuk menerapkan digital minimalism, penggunaan digital secara bijak dan terkontrol dengan baik. Yuk cari tahu cara memulainya!
1. Evaluasi Aktivitas
Hitung berapa lama kita cek mengecek handphone. Bangun tidur tidak terasa hingga malam hari sebelum tidur. Sebaiknya kita ubah gaya hidup kita dengan awali hari dengan membuat to do list. Catat aktivitas kita selama satu hari, kemudian dikategorikan dengan keterangan: 1. darurat dan penting, 2. Tidak darurat dan penting 3. Darurat dan tidak penting. 4 Tidak darurat dan tidak penting. Utamakan dari kategori nomor 1,2,3 dan 4
2. Evaluasi Berita dan Konten
Banyaknya berita bersliweran di media sosial membuat kita pengguna smartphone harus lebih pintar dari ponsel kita. Pilah konten sosial media sama pentingnya dengan memilah sampah. Menjadi orang yang selalu update dengan berita pandemi adalah hal yang baik, tapi bukan berarti semua berita dan pesan ditelan dan disebarkan. Pilih sumber berita yang kredibel untuk kamu ikuti dan sebarkan. Jika berita tentang pandemi juga membuatmu “Sakit”, sebaiknya kontrol konsumsi beritanya. Kamu bisa mengakses beritanya pagi dan sore saja, tak perlu setiap saat. Ketahui apa yang perlu kamu ketahui tak perlu semua hal kamu ketahui dan kuasai.
3. Evaluasi Following
Beranjak ke sosial media. Cek followingmu. Jangan segan-segan untuk unfollow akun penyebar hoax dan stop baca berita yang membuat kita panas. Mungkin hal ini terlihat sepele, namun kita harus ingat apa yang kita dengar dan kita lihat sangat berpengaruh terhadap kualitas hidup kita.
4. Jangan mudah terpengaruh aksi orang lain
Untuk menghindari panic buying karena ikut-ikutan orang lain yang banyak membeli sesuatu, cobalah untuk tidak mudah terpengaruh dengan apa yang sosial lakukan. Telaah dulu lebih lanjut, jika itu tentang asupan, coba cari tahu dengan follow nutritionist, cari tahu apakah tak ada barang lain untuk menggantikannya sampai kita harus antri dan membeli dalam jumlah banyak? waspada itu boleh, panik jangan.
Dengan memilah kebutuhan digital saat pandemi, waktu kita menjadi lebih efektif dan efisien. Selain itu kita akan memaksimalkan apa saja yang menjadi kewajiban kita dan mengisi waktu yang bermanfaat sehingga hidup kita semakin berkualitas. Ingat pula bahwa apa yang kita baca dan dengar dapat mempengaruhi kualitas hidup kita. Dengan demikian pikiran kita akan menjadi lebih tenang dan tidak mudah terprovokasi dengan berita-berita hoax tentang Covid19. Semoga kita selalu sehat dan semakin bijak dalam menggunakan fasilitas digital yang kita miliki.
Tulisan ini hasil karya kontributor kami, Ajeng Narita Caustina
Editor: Sarah Safira Sofiani & Cynthia S Lestari.
Tertarik menjadi kontributor kami? Kunjungi link berikut untuk menulis atau email draftmu ke hi.lyfewithless@gmail.com dengan subject: CONTRIBUTOR – NAMA.