Sering Belanja Impulsif? Bisa Jadi Ini Sebabnya

0 Shares
0
0
0

Sehabis gajian atau saat pegang uang banyak, wajar jika ada perasaan untuk berbelanja barang yang sudah ada di dalam wishlist atau barang yang sudah diidam-idamkan. Tapi apa jadinya ya kalau sampai tergiur dan spending berlebihan? Jangan-jangan kamu termasuk orang yang melakukan belanja impulsif!

Belanja impulsif dapat diartikan sebagai pembelian yang dilakukan secara tiba-tiba dan cepat, tanpa pertimbangan dan informasi terhadap alternatif atau pilihan lainnya. Biasanya pembelian impulsif dilakukan tanpa memikirkan dengan baik manfaat fungsional dan nilai ekonomis atas suatu barang yang dibeli.

Photo by Angela Roma

Meskipun terkadang kita sudah menyusun anggaran dan merencanakan pengeluaran dengan baik, tetap tidak mudah untuk menghindari perilaku impulsif. Selain dari segi pengaturan finansial, coba pahami juga biasanya faktor apa saja yang bisa mendorong diri kita untuk melakukan hal ini. Penyebab-penyebab berikut bisa jadi yang membuat kamu melakukan belanja secara impulsif:

Barang yang Dibeli Membuat Kita Merasa Spesial

Profesor marketing, Jonah Berger, melakukan enam eksperimen mengenai kenapa banyak orang yang senang mengumpulkan, termasuk membeli barang yang sebenarnya biasa saja. Faktanya, seringkali orang memutuskan membeli sebuah barang karena hal itu membuat kita merasa spesial. Kemudian, barang tersebut tidak digunakan pada satu titik waktu dan menjadi terasa lebih istimewa lagi dibanding barang lainnya yang kita punya. Setelahnya, akan ada kecenderungan untuk tidak menggunakannya sama sekali karena ada rasa ingin melindunginya. Pada akhirnya, barang yang kita beli dan tidak kita butuhkan itu malah akan semakin bertumpuk.

Kondisi Emosi

Keadaan emosi merupakan hal yang sangat mempengaruhi pengeluaran kita. Menjadi hal yang umum untuk berbelanja dengan alasan self care ataupun self reward, yang sebenarnya tidak ada salahnya. Berbelanja memang mempunyai dampak yang baik bagi kondisi emosi dan mental, kita bahkan pernah mendengar istilah ‘Retail Therapy‘. Namun, ketika membelanjakan uang menjadi jalan keluar utama, bahkan satu-satunya cara untuk mengatur dan mengelola emosi kita, maka berbelanja adalah masalah. Keuangan yang kacau akan menyebabkan stres dan berdampak pada pekerjaan atau hubungan kita dengan orang lain. Berbelanja secara emosional malah menjadi lingkaran mimpi buruk yang tiada akhir.

Pengaruh Iklan

Kita lebih rentan terhadap iklan daripada yang kita kira. Setiap iklan mendiktekan hal yang kurang lebih sama, yaitu hidup akan lebih baik jika kita membeli apa yang pengiklan jual. Mendengarnya secara berkali-kali dan dari berbagai media, mulai membuat kita terpengaruh tanpa sadar. Diketahui dari survey The Trade Desk dan YouGov terhadap 2.000 orang Indonesia, festival diskon e-commerce mendorong peningkatan belanja yang impulsif, padahal orang Indonesia secara umum termasuk ‘pembelanja terencana’. Sikap konsumen terhadap perusahaan dan produk dipengaruhi oleh berbagai interaksi secara terus-menerus sepanjang pengalaman online mereka. 

Photo by Anna Shvets

Hampir setengah atau 45% orang Indonesia mengaku akan berbelanja lebih banyak selama masa-masa diskon e-commerce dibandingkan dengan waktu lainnya

Faktor Eksternal

Faktor eksternal juga menjadi stimulus atau perangsang kita untuk berbelanja secara impulsif. Contohnya adalah pencahayaan, musik latar, desain, dan bahkan bau dari toko retail yang kita kunjungi. Faktor sensorik dan psikologis yang bercampur menjadi satu dengan pengetahuan kita tentang jenis produk dan brand image menjadi pendorong yang sangat kuat. Ini sebabnya saat kita memiliki ketertarikan untuk melihat-lihat ke dalam toko, lalu bisa keluar membawa tentengan kantong belanja, padahal sebelumnya kita tidak berniat membeli apapun.

Penghasilan Naik

Apabila kita memiliki lebih banyak uang daripada sebelumnya maka juga bisa menjadi alasan untuk membeli lebih banyak barang dibanding sebelumnya. Sah-sah saja jika orang ingin merasa lebih baik dan mencari kesenangan. Bukannya hal yang buruk untuk memiliki barang yang lebih bagus. Tetapi, naiknya penghasilan atau semakin banyaknya uang yang kita dapat juga perlu diimbangi dengan kontrol diri yang baik.


Writer: Daniya Nahdi

0 Shares
Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

You May Also Like

#BijakBerkonsumsiEngga Harus Dimiliki, 8 Barang Ini Bisa Disewa Aja Lho

Dengan semakin mudahnya pertukaran informasi, melakukan sewa barang menjadi lebih mudah untuk dilakukan. Selain dengan mudahnya akses terhadap informasi, muncul kebutuhan dan kesadaran untuk memilih opsi sewa dibandingkan dengan beli. Terkadang luput dari pemikiran kita, beberapa jenis barang bisa kita pertimbangkan untuk sewa daripada beli.

#BijakBerkonsumsi5 Mindset Mindless Buying. Hindari Ya!

Sadar engga sih kalau dalam berkonsumsi, kita banyak dipengaruhi oleh mindset lawas yang kalau ditelaah lebih jauh bisa mendorong ke arah mindless buying dan memacu untuk belanja secara impulsif. Simak mindset yang harus ditinggalkan untuk mempraktikkan pembelian secara sadar sesuai konsep #BijakBerkonsumsi.