Tipologi Orang Minimalis; Kamu Tipe Yang Mana Ya?

3 Shares
0
0
3

Tanpa disadari, #BelajarJadiMinimalis dengan penuh kesadaran (mindfulness) akan membentuk sifat-sifat tertentu dari pelaku minimalis. Pembiasaan suatu sifat atau mindset minimalisme secara sadar dalam waktu tertentu akan membentuk kebiasaan dan pandangan baru. Dalam lima tahun belakang ini, banyak peneliti telah melakukan riset mendalam mengenai pengaruh gaya hidup minimalis terhadap manusia secara pola pikir, psikologis, dan kebiasaan (behaviour) dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu penelitian mengenai karakter pelaku minimalis diteliti oleh Pangarkar et al. (2021) dengan sudut pandang bisnis dan kegiatan konsumsi. Penelitian ini menggolongkan beberapa tipe perilaku minimalis berdasarkan orientasi tujuan untuk melakukan tindakan minimalis. Apa saja tipologi pelaku minimalis yang mempengaruhi kebiasaan perilaku manusia sehari-hari? Berikut ini ada empat jenis tipologi pelaku minimalis dari penelitian tersebut.

Sumber : Pangakar et al. (2021)

1. Voluntary Simplicity

Topologi tipe pertama adalah Voluntary Simplicity atau melakukan minimalis dengan sukarela. Tipe pertama ini menganggap gaya hidup minimalis sebagai sebuah pencerahan dalam hidup. Tipe ini biasanya menganjurkan pendekatan minimalis bersama-sama dengan tanggung jawab dalam berkonsumsi, cara hidup fungsionalis, disiplin terhadap pengendalian diri terutama berkenaan dengan praktik konsumsi. Menjadi voluntary simplicity dalam hidup minimalis bukan berarti harus hidup kekurangan, melainkan dapat mendefinisikan tingkat kecukupan dan berhati-hati dalam praktik sehari-hari (khususnya pengelolaan keuangan). Minimalis tipe ini menyederhanakan tindakan sehari-hari untuk menciptakan energi positif, mengendalikan kehidupan sehari-sehari, dan tidak bergantung pada hal tertentu untuk menemukan kebahagiaan.

2. Reduced Consumption      

Tipe kedua ini cenderung menjadi seorang minimalis yang hemat. Biasanya tipe minimalis ini dipicu dorongan keadaan yang tidak mendukung seperti kendala ekonomi dan pengalaman hidup yang traumatis. Penyebab inilah yang akan mendorong minimalis tipe kedua menjadi lebih selektif dalam berkonsumsi. Motif dasar dari minimalis tipe ini cenderung jarang dipengaruhi oleh lingkungan atau tren merk tertentu. Orang-orang yang mengurangi konsumsi jarang terkena dampak langsung dari FOMO (fear of missing out) karena menyadari adanya ketidakstabilan dalam aspek tertentu. Singkatnya, tipe reduced consumption memperlihatkan bahwa menjadi minimalis ini disesuaikan dengan kebutuhan yang urgensi. Keterbatasan yang dihadapi pelaku minimalis ini akan memicu kreativitas tertentu yang membuat pelaku reduced consumption memiliki ide-ide kreatif untuk mengganti barang-barang tertentu. Contohnya: daripada mahal-mahal membeli keranjang baju, pengguna bisa menggantinya dengan kardus yang telah dimodifikasi mirip keranjang baru.

Photo from SDIProduction from Unsplash

3. Anti-consumption

Keadaan tipologi ini terjadi karena seorang individu sudah dalam tahapan idealis dalam menjalani konsep minimalis. Penelitian ini mendeskripsikan bahwa individu dengan sifat anti-consumption ini cenderung terdorong tekanan normatif seperti kepedulian lingkungan dan sustainability yang akan mengarah pada peningkatan kualitas hidup dan kepuasaan berkontribusi pada masalah sosial dan lingkungan. Tipe anti-consumption biasanya telah melewati tahap introspeksi dan sadar secara penuh pentingnya menjalani kehidupan minimalis. Mereka bisa menyeleksi produk-produk atau layanan yang digunakan secara sadar. Orientasi pengguna tidak lagi masalah harga  dan kebutuhan namun lebih kepada kepentingan sosial. Hasilnya, tipe anti-consumption akan memiliki perasaan berkontribusi besar bagi masyarakat sosial. Hingga lebih jauh lagi mereka dapat memboikot produk-produk tertentu yang dinilai tidak sesuai dengan nilai-nilai yang diperjuangkan (misalnya produk animal tested, produk mengandung mikroplastik, dll.)

Photo by Igor Nikushin from Unsplash

4. Inconspicuous minimalism

Inconspicuous minimalis atau minimalis yang tidak kentara biasanya terbentuk dari keluarga atau kelas ekonomi atas dalam tatanan masyarakat. Mereka menyebut diri sebagai minimalis dengan penggunaan produk berkualitas baik dengan sentuhan sederhana seperti tatanan rumah minimalis ala skandinavia yang menjadi tren pada kalangan tertentu. Aspek minimalis yang dipilih tidak hanya masalah keberlanjutan lingkungan atau kesejahteraan masyarakat, melainkan juga mempertimbangan konsep estetik. Atau contoh lainnya menggunakan barang-barang body care  merk tertentu yang eco friendly dengan kemasan polos namun ternyata harganya cukup pricey. Penganut minimalis kategori ini cenderung merasakan kenikmatan hidup yang lebih besar dengan menggunakan atau mengkonsumsi barang kualitas terbaik di kelasnya tanpa terkesan glamor. Selain itu, tipe minimalis ini memiliki insight dan pengetahuan baik mengenai produk yang digunakan.

Photo by Toa Heftiba on Unsplash

Dari keempat tipe pelaku minimalis yang disebutkan pada penelitian, apakah kamu termasuk salah satunya? Atau jangan-jangan kamu memiliki karakteristik minimalis khas dirimu yang tidak terdapat pada penelitian di atas? Share yuk di kolom komentar.

Sumber : Pangakar A, Shukla P, Taylor CR. 2021.  Minimalism in consumption: A typology and brand engagement strategies. Journal of Business Research. 127(2021) : 167-178.


Tulisan ini hasil karya kontributor kami, MellaSarahElmania.

Editor: Sarah Safira Sofiani & Cynthia S Lestari.

Tertarik menjadi kontributor kami? Kunjungi link berikut untuk menulis atau email draftmu ke hi.lyfewithless@gmail.com dengan subject: CONTRIBUTOR – NAMA.

3 Shares
Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

You May Also Like

#BelajarJadiMinimalisMispersepsi Tentang Desain Minimalis

Desain Minimalis tidak sepenuhnya bergantung pada kata “Minimal”, bisa jadi karena salah persepsi tentang minimalis, justru kita tidak menikmati aktivitas di dalam rumah karena desain ruang menjadi “Minimal”. Mari lebih cermat terhadap persepsi yang salah tentang desain minimalis.