Everyone is seeking for update on social media. Mereka menggantungkan diri pada digital untuk mengetahui dan selalu berada pada kondisi terkini. Media sosial bisa menjadi alasan datangnya istilah FOMO atau Fear Of Missing Out. Pengguna media sosial, terutama kaum Milenial dan Generasi Z akan bersaing untuk menjadi yang terkini dalam memperlihatkan kehidupan mereka yang terkini di antara satu dengan yang lain.
Kondisi ini secara tidak langsung memaksa seorang individu untuk memperbaharui dirinya sendiri dengan mengikuti inovasi atau tren tersebut. Jika tidak, kita mungkin akan merasa sebagai seseorang yang ketinggalan jaman. Seiring berjalannya waktu, hal ini akan memberikan konflik psikologi oleh individu tersebut apabila tidak bisa mengikuti atau memperbaharui dirinya sendiri dalam inovasi atau tren tersebut. Hal ini kita sering dengar atau baca dengan istilah FOMO (Fear Of Missing Out).
Kebanyakan orang membeli suatu produk kecantikan setelah melihat banyak review di media sosial. Setelah itu kita seringkali memfoto produk tersebut dan mengunggah foto tersebut di media sosial sehingga teman-teman kalian bisa melihat bahwa kalian menggunakan produk tersebut. Selain influencer, belakangan orang-orang yang senang membuat konten di sosial medianya pun dapat bekerjasama dengan merek maupun marketplace dalam membuat konten “racun” berisi informasi produk-produk yang dipromosikan. Sehingga, setiap informasi mengenai produk baru semakin mudah ditemukan. Hal ini ditambah pula dengan banyaknya bahasa marketing seperti; best seller, must have item, recommended dan masih banyak lainnya yang mendorong FOMO bagi masyarakat. Mudah sekali kita merasakan FOMO di tengah masifnya pemasaran juga era informasi digital yang serba cepat saat ini.
Joy of Missing Out adalah antitesis dari FOMO, merupakan kondisi seseorang saat memutuskan untuk tidak mengikuti tren. Dalam tren kecantikan, kita tidak perlu mengikuti pemakaian produk kecantikan yang sedang populer saat itu. Contoh, ketika seorang artis meluncurkan produk kecantikannya, remaja di negara tempat artis tersebut meluncurkan produknya berbondong-bondong ingin menggunakan produk dari artis tersebut, atau ketika toko kecantikan terkenal dari suatu negara/ tempat membuka cabangnya di kota/ tempat dekat dengan kalian dan kalian pergi ke toko tersebut untuk membeli produk di toko tersebut hanya karena toko tersebut terkenal.
Readers, belilah sesuatu saat kamu membutuhkannya, sesuai dengan kondisi dan masalah kulitmu, bukan karena tren. Ketika kita mengikuti suatu tren kecantikan, kita harus bisa memilah kembali mengenai tren tersebut. Kita tidak perlu mengikuti tren tersebut hanya karena merasa bahwa kita akan menjadi yang terkini dan bagian dari tren tersebut. Awalnya memang akan terasa bahagia, namun bahagia itu akan berubah ketika suatu produk muncul dan tentunya produk baru tersebut lebih baik dan bagus dari produk yang kita gunakan saat ini. JOMO lebih ke arah sebuah cara untuk hidup yang lebih santai, menerima, dan mensyukuri keadaan kita. JOMO juga menghindari kita dari penggunaan produk yang tidak sesuai dengan permasalahan kulit dan berakhir pada mubazir produk kecantikan.
Namun, tidak selamanya tren itu buruk ya readers. Kamu bisa mengikuti tren jika memang benar-benar membutuhkan produknya, bukan karena kamu tidak ingin tertinggal hypenya.
Menahan keinginan untuk tidak mengikuti tren/ inovasi kecantikan itu pasti susah, terutama bagi teman-teman yang sedang mendalami dunia kecantikan atau yang sedang membutuhkan produk dari tren kecantikan ini. Kita tentu telah memikirkan secara seksama ketika akan mengikuti satu tren kecantikan, seperti apakah tren ini akan cocok dengan kita, atau apakah tren ini akan memberikan pengaruh positif terhadap hidup kita, dan apakah tren ini akan memberikan kita kebahagiaan?
Kita juga bisa bahagia dengan produk yang kalian miliki saat ini, karena sejujurnya kalian hanya membutuhkan barang yang memang dibutuhkan oleh kalian. Sehingga kalian bisa lebih bijak dan tidak perlu khawatir dengan keadaan yang kalian nikmati saat ini.Oleh karena itu, memberikan sentuhan JOMO untuk tidak mengikuti tren kecantikan bisa mengundang efek positif terhadap kehidupan kita, sehingga kita bisa lebih bersyukur dan memperhatikan hal hal kecil dalam dunia kecantikan, terutama dalam penggunaan produk kecantikan untuk di #PakaiSampaiHabis sebelum menggunakan produk kecantikan lainnya.
Tulisan ini hasil karya kontributor kami, Jeff Vernando
Editor: Sarah Safira Sofiani & Cynthia S Lestari.
Tertarik menjadi kontributor kami? Kunjungi link berikut untuk menulis atau email draftmu ke hi.lyfewithless@gmail.com dengan subject: CONTRIBUTOR – NAMA.