Sebelumnya kita sudah familiar dengan istilah fast fashion, tetapi apa kamu sadar kalau industri kecantikan juga sama cepatnya dengan industri fashion? Lalu bagaimana dengan dampaknya?
Konsep “Fast” artinya meminimalisir jarak antara konsepsi produk, proses produksi, peluncuran, penjualan, dan pengiriman sehingga suatu brand dapat memiliki siklus produk yang lebih pendek. Alhasil, perusahaan dapat mendorong produk dan trend baru ke pasaran dengan jangka waktu yang lebih cepat.
Awal Munculnya Fenomena Fast Beauty
Naiknya konsumsi produk kecantikan mendorong industri kecantikan berpotensi jadi fast beauty yang mengharuskan merek membuat atau mengikuti trend baru agar konsumen merasa lebih puas. Saat pasar menjadi semakin kompetitif, menunggu berbulan-bulan untuk merilis produk baru bukanlah sebuah pilihan. Muncul tuntutan bagi beauty brands supaya dapat memberikan inovasi terbaru secepat kilat, karena jika terlambat maka akan ada kompetitor lain yang melakukan hal sama.
Meningkatnya permintaan terhadap produk-produk kecantikan terbaru banyak dipengaruhi oleh munculnya beauty vloggers, content creator, ataupun influencers. Video haul dan review terhadap produk kecantikan seringkali membuat kita merasa FOMO atau Fear of Missing Out. Survey dari sebuah e-tailer, SkinStore menunjukan bahwa perempuan menggunakan rata-rata 16 produk sebelum meninggalkan rumah di pagi hari, mulai dari skincare hingga makeup.
Dampak Fast Beauty VS Fast Fashion
Lantas apakah fast beauty kemudian juga memiliki efek yang serupa dengan fast fashion? Rahasia umum bahwa fast fashion memiliki dampak buruk seperti polusi yang ditimbulkan dari proses produksi, penggunaan buruh dengan gaji yang sangat murah, dan pakaian bekas pakai yang berujung sebagai sampah. Secara keseluruhan, meskipun fast beauty mempunyai sisi negatif, dampak yang ditimbulkannya tidak sebesar fast fashion. Mengapa demikian?
Menurut Meredith Holland, konsultan sustainability dengan pengalaman bekerja di penelitian energi terbarukan dan perubahan iklim internasional, seringkali pada fast fashion, pakaian terbuat dari bahan sintetis yang berasal dari plastik. Meskipun fast beauty juga menggunakan plastik untuk kemasannya, jumlahnya jauh lebih sedikit daripada fast fashion.
Cermat dengan Efek Negatif Fast Beauty
Meskipun dampak yang ditimbulkan tidak sebesar fast fashion bukan berarti kita bisa menyepelekan efek negatif dari fast beauty ya! Holland menyampaikan industri kosmetik global memproduksi lebih dari 120 miliar unit kemasan setiap tahun yang berkontribusi besar terhadap pertumbuhan sampah plastik dan masalah plastik laut.
Selain itu, demi menghasilkan produk secara cepat tentunya akan ada hal-hal yang dikorbankan, seperti praktik bisnis yang etis. Contohnya, mika merupakan bahan yang banyak digunakan pada produk kosmetik untuk memberikan efek berkilau. Mika yang sebagian besar bersumber di India, Madagaskar, Cina, dan Brasil ditambang secara ilegal menggunakan pekerja anak-anak untuk melakukan pekerjaan yang berbahaya dan melelahkan. Bukan hanya mika, banyak bahan termasuk minyak kelapa sawit, kakao, dan shea butter berasal dari sumber yang tidak etis atau memiliki masalah lingkungan yang menyertainya, mulai dari deforestasi hingga mikroplastik.
Apa yang Harus Kita Lakukan?
Sebagai konsumen kita harus lebih bijak dalam berkonsumsi. Pelajari seperti apa produk dan merek kecantikan yang akan kita beli sesuai kebutuhan. Kemudian, bangun rutinitas kecantikan atau beauty routine yang sustainable. Rutinitas kecantikan yang lebih sederhana akan lebih baik dengan berfokus pada apa yang sesungguhnya kamu butuhkan.
Writer: Daniya Nahdi