#BelajarJadiMinimalis & Zero Waste Dari Muriel Imron

0 Shares
0
0
0

Bincang-bincang kami kali ini dengan seorang praktisi gaya hidup minimalis sekaligus founder dari Zero Waste Indonesia, Muriel Imron. Muriel sering membagikan cerita dan tips seputar zero waste dan minimalis lewat akun Instagram dan Youtube channel pribadinya. Ia juga berhasil menggaungkan gaya hidup minim sampah lewat akun Instagram Zero Waste Indonesia. Lewatnya, kita bisa melihat dan belajar bagaimana gaya hidup minimalis dan zero waste bisa berjalan beriringan, saling melengkapi satu sama lain.

Pembahasan kali ini tidak jauh dari kedua gaya hidup yang sering disamakan oleh banyak orang. Dalam gaya hidup minimalis, ada beberapa orang yang juga melabeli dirinya sebagai seorang Green Minimalist, yakni mereka yang menjalani gaya hidup minimalis dan zero waste di waktu yang bersamaan. Namun apakah memang benar minimalisme dan zero waste adalah satu kesatuan gaya hidup yang sama?

Yuk simak bagaimana Muriel Imron bercerita tentang perjalanan #BelajarJadiMinimalis dan Zero Waste-nya.


Bagaimana cerita awal Muriel memulai #BelajarJadiMinimalis? 

8 tahun lalu waktu masih tinggal di Belanda, aku sering pindah kota dan negara. Setiap pindah, aku merasa sudah mengurangi barang tapi next time aku pindah barangnya kok makin banyak. “Darimana sih barang-barang ini kok nambah terus?” Dari sana aku berpikir pasti ada yang salah sampai aku nggak tahu barang-barangku sendiri. Jumlahnya dan dari mana barangnya aja aku nggak tahu. Dulu aku suka retail therapy, tiap diskon beli, tiap ada barang baru aku pantengin. Newsletterku banyak deh dulu tapi sekarang sudah aku unsubscribe. Dulu, kalau keluar toko bawa printilan. 

https://www.instagram.com/murielimron/

Dari hidup nomaden itu aku mulai memilah dan cut down barangku lebih sering. Tapi, di kamar aku juga masih sering merasa berantakan. 5 Tahun lalu aku menemukan buku Marie Kondo bersamaan dengan The Minimalist. Aku jadi lebih mengerti arti baru dari sebuah kebendaan dan cara beberes yang benar. Saat sudah memindahkan barang tapi masih berantakan, berarti kita mesti mengurangi lebih banyak lagi dan fokus pada barang essential yang kita butuhkan. Aku jadi belajar kategori barang yang baik seperti apa, mulai peka dengan barang yang spark joy. Kadang karena kita engga tahu dan nggak biasa, kita nggak paham mana yang spark joy dan engga. Aku mulai berani mengurangi barang dengan donasi atau menjual. Contohnya, misalnya dulu punya botol minum 4 dengan berbagai bentuk dan warna, setelah dikurangi jadi hanya 1 tapi berkualitas. 

https://www.instagram.com/murielimron/

Apa esensi minimalisme bagi Muriel?

Mengenal diri sendiri dengan lebih baik.

Minimalisme hanyalah sebuah label yang membantu kita lebih berkesadaran dalam berkonsumsi. Step awal berkesadaran dalam berkonsumsi adalah mengenali diri sendiri dan kebutuhan. Menurut aku tidak ada standard dalam minimalisme, apa yang kubutuhkan belum tentu kamu butuhkan, begitu juga sebaliknya.

Minimalisme jangan dilihat sebagai pengurangan tapi sebagai kelebihan. Kita jadi bisa punya waktu lebih, uang lebih, pengalaman lebih dan lainnya. Karena kita mengalokasikan diri kita tidak ke benda tapi ke hal-hal lain yang lebih valuable. 

Apa yang jadi inspirasi Muriel saat menerapkan Minimalisme?

Simpel sih rumah yang rapi dan hati yang tenang. Aku merasakan banget perbedaan zaman dulu saat aku masih suka collecting dan attach dengan barang. Attach maksudnya aku tidak bisa melepaskan barang dengan mudah. Setiap mau mengeluarkan barang tuh sedih, nggak jelas deh perasaannya.

Saat aku sudah bisa detach barang, hati dan pikiran lebih enak dan lebih happy. Jadi source of happiness bukan di barang lagi tapi ke hal-hal lain contohnya dengan orang sekitar; teman, keluarga atau hobi. 

Minimalisme sering dikaitkan dengan Zero Waste oleh orang awam, menurut Muriel apakah minimalisme dan zero waste memiliki persamaan?

Masa sih? Malah aku pikir yang merasa ini beririsan adalah orang yang menjalani sendiri lho. Aku sadar ini saat mulai berzero waste, karena aku sudah mulai sadar akan minimalisme tapi belum berpikir pada dampak lingkungan.

Buat aku Zero Waste dan minimalisme itu enggak sama, tapi beririsan. Beririsan dalam hal mengonsumsi, yaitu mengonsumsi secara sadar dan mindful.

https://www.instagram.com/murielimron/

Kalau zero waste menurut aku udah pasti minimalist, tau apa yang diperlukan dan tidak menimbulkan waste dan permasalahan lingkungan lainnya. Jadi beli yang diperlukan aja kalau bisa pake yang sudah ada. Kalau minimalist belum tentu zero waste. Contohnya, kalau minimalist beli pembersih yang multifungsi di supermarket, kalau zero waste pilihannya mungkin enggak kesitu karena cairannya akan punya dampak negatif ke lingkungan. Kalau Zero waste berkesadaran dengan dampak lingkungan kalau minimalis berkesadaran untuk hal yang lebih luas lagi dan tidak selalu untuk dan karena lingkungan.

Apa itu green minimalism menurut Muriel?

Another label ya aku nggak terlalu suka dengan label sebetulnya. Tapi menurutku green minimalist itu hidup berkesadaran sesuai kebutuhan dengan alasan untuk menjaga bumi dan caranya adalah memilih barang-barang essential dengan pertimbangan apa yang memiliki dampak paling kecil ke lingkungan. Jadi kembali lagi sih ini irisan dari zero waste dan minimalisme. 

https://www.instagram.com/murielimron/

Bagaimana Muriel mulai menerapkan green minimalism? 

Aku tidak melabeli diriku menjalani green minimalist bahkan aku tidak menyadari bahwa apa yang kulakukan dinamai itu. Aku hanya hidup secara berkesadaran dan sangat concern terhadap lingkungan. Jadi pilihan yang kubuat sehari-hari yang essential aja dan aku selalu memikirkan awal hidup dan akhir hidup suatu benda sebelum aku belanja. Seperti siapa yang membuatnya, di mana, seperti apa membuatnya, materialnya apa, life spannya bisa tahan berapa lama, setelah dipakai akan diapakan? apakah dibuang atau bagaimana?. Misalnya baju-baju yang dari polyester kalau dibuang kan jadi limbah plastik, sedangkan kalau linen bisa masuk kompos atau direcycle. 

Kalau dari sisi minimalisnya tentunya aku decluttering ya, memilah barang yang udah nggak dipake dan memisahkan barang yang spark joy untukku. Kedua lebih menghargai experience ketimbang barang karena itu lebih valuable. Ketiga, beli sesuatu karena kualitasnya bukan kuantitas. Jadi udah enggak jaman kayak aku dulu belanja-belanja pas diskon supaya lebih banyak pilihan, sekarang lebih mau punya kualitas yang bagus, yang life spannya panjang, mahal sedikit nggak masalah dan enggak perlu banyak. It’s all about mix and match juga sih bikin kita jadi lebih kreatif. Lalu, beli produk lokal. Oh iya ngomongin green minimalist relate juga ke konsumsi makanan ya, mengurangi daging merah contohnya. Untuk beberapa contoh yang aku terapkan di awal.

Apa dampak terbesar dari menjalani green minimalism bagi Muriel?

Banyak sih sebenarnya, yang jelas hidup jadi lebih content karena sudah engga fokus ke hal material dan kebendaan. Lebih banyak waktu dan freedom untuk mengerjakan hal-hal lain karena sudah nggak ada keinginan untuk belanja-belanja, ke mall dan cek diskon. Plus, karena aku baru aja punya anak aku merasa lebih relate dan sedih memikirkan gimana bentuknya nanti dunia kalau kita nggak mengubah kebiasaan kita dalam mengonsumsi.

Semakin sedikit kita mengonsumsi semakin sedikit jejak karbon yang kita tinggalkan di bumi, jadi kita memang punya power banget dalam pengambilan keputusan.

https://www.instagram.com/murielimron/

Dengan green minimalism ini aku lebih merasa bersinergi dengan alam dan merasa paling tidak aku sudah berusaha yang terbaik untuk masa depan anakku nanti dan semoga orang lain juga merasa dan berpikiran yang sama.

Ada tips dari Muriel untuk teman-teman yang baru mau menjalankan green minimalism?

  1. Tidak hanya untuk green minimalism ya bisa untuk semua gaya hidup, find your strong reason and why. Cari alasan yang kuat kenapa kita ingin melakukannya. Karena dalam menjalaninya pasti ada tantangan, saat alasan kita kuat, kita mau melakukannya karena alasan agama, lingkungan atau masa depan anak misalnya, akan lebih mudah menjalaninya. 
  2. Jangan percaya miskonsepsi-miskonsepsi di luar sana. Salah satunya, minimalist harus punya barang-barang tertentu. Jadi yang dilakukan barang yang kita punya dibuang terus diganti dengan yang baru. JANGAN. Pakai yang sudah ada, yang sudah tidak dipakai bisa diberikan ke saudara atau teman. 
  3. Jangan terlalu saklek pada label, you need to find your own minimalism style, bukan berarti kamu tidak melakukan A, kamu bukan minimalist. Just do what you think its fine berdasarkan kebutuhan dan personalitymu. 
  4. Cari komunitas yang serupa contohnya seperti Lyfe With Less. Menurutku Lyfe With Less jadi salah satu platform yang bagus untuk ngobrol, support. Kadang kita mau belajar dan ingin tahu lebih banyak tapi sering merasa sendirian. Nah dengan bergabung dengan komunitas yang sama jadi lebih semangat menjalaninya. 

Kenal lebih jauh dengan Muriel Imron lewat Instagram dan Youtube Channel miliknya.

https://www.youtube.com/watch?v=NvNzzoq5i3o

#BelajarJadiMinimalis diinisiasi oleh Lyfe With Less, merupakan ajakan kepada teman-teman yang tertarik mengenal dan mempelajari gaya hidup minimalis di Indonesia.

Lebih banyak informasi dan sharing mengenai gaya hidup minimalis di Indonesia bisa kamu ikuti di Instagram @lyfewithless. Dengarkan juga podcast Lyfe With Less di Spotify, Anchor, Google Podcast, Radio Public dan Breaker.

0 Shares
Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

You May Also Like