Awal tahun 2020 sangatlah berkesan untuk sebagian warga Jabodetabek. Disambut oleh hujan deras dengan intensitas tinggi hingga menyebabkan banjir bandang di sebagian besar wilayah. Kami segenap tim Lyfe With Less turut prihatin dan doa kami selalu mengiringi untuk teman-teman yang saat ini sedang mengalaminya.
Mengutip dari artikel VICE Indonesia, bencana banjir tahun ini merupakan yang terburuk sepanjang satu dasawarsa ke belakang. Badan Metereologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mencatat curah hujan pada malam pergantian tahun mencapai 377 mm/hari. Itu curah hujan tertinggi sejak 2007, saat curah hujan di Jakarta mencapai 340 mm/hari. Jika diperhatikan, banjir kali ini merupakan akibat dari krisis iklim yang terjadi dan minimnya aksi sadar lingkungan selain dari pembangunan besar-besaran yang ada di Ibukota sehingga menyempitnya ruang air untuk mengalir cepat dan lambatnya kinerja pemerintah kita untuk menanggulanginya dari waktu ke waktu.
Berbicara soal banjir, memang musibah datang tanpa aba-aba namun bukan berarti kita tidak bisa mengantisipasinya. Kami menyikapi banjir kali ini dengan terus berusaha bergandengan tangan dan introspeksi diri untuk bisa menjadi pribadi yang lebih sadar lingkungan karena kita memiliki peran penting dalam krisis iklim yang terjadi. Ya, pemerintah memang berdaya besar namun kita juga turut mengambil peran. Mulailah dari sekarang, tidak ada yang tahu kapan lagi banjir akan terjadi mengingat musim hujan masih akan berlangsung hingga beberapa bulan ke depan.
Decluttering Sebagai Salah Satu Cara Meminimalisir Resiko Banjir
Dari berbagai pengalaman dan pengamatan, kami menemukan bahwa melakukan decluttering secara rutin sangat membantu kita dalam meminimalisir resiko banjir. Bagaimana bisa?
- Membantu proses evakuasi barang lebih cepat & mudah
Proses evakuasi barang jadi lebih cepat dan mudah jika kita sadar dan tahu betul di mana saja barang-barang itu berada. Jika sudah rutin melakukan decluttering, barang juga akan terorganisir dengan rapi sehingga lebih cepat dan mudah dipindahkan (tidak tercecer) saat banjir datang.
- Membuat kita sadar barang apa saja yang kita miliki & penting
Begitu kita melakukan decluttering, kita jadi sadar akan barang yang kita miliki karena kita hanya memilah barang yang penting untuk kita saja. Tidak banyak memakan waktu untuk menyelamatkan barang-barang printilan yang sebenarnya tidak begitu penting, sehingga waktu yang ada bisa dimanfaatkan untuk bersiap mengungsi atau menyelamatkan barang yang lebih penting.
- Meminimalisir dampak kerusakan & sampah yang ditimbulkan jika barang rusak/kotor berat
Dengan melakukan decluttering, barang yang kita miliki sudahlah pasti adalah barang essential yang penting untuk kita. Saat barang itu rusak dan kotor akibat banjir, kita masih bisa memutuskan untuk segera memperbaiki atau membersihkannya sebelum akhirnya ada keputusan untuk dibuang. Berbeda cerita jika kita tidak melakukan decluttering, barang yang kotor dan rusak akan semakin banyak dan pilihan untuk membuangnya semakin besar karena barang tersebut adalah barang printilan yang kita malas membersihkan/memperbaikinya. Lalu selanjutnya kita akan meninggalkan limbah yang banyak setelah banjir terjadi 🙁
- Membuat kita bisa mengorganisir barang-barang di rumah untuk antisipasi
Decluttering sudah pasti akan membuat kita lebih perhatian, fokus dan lebih rapi dalam mengorganisir barang-barang yang ada sehingga ketika harus mengevakuasi barang, kita bisa dengan mudah memindahkan dan mengategorikannya lagi setelahnya.
- Belajar mengikhlaskan dan bersyukur
Saat melakukan decluttering, kita melibatkan otak dan naluri kita untuk berpikir lebih dalam mengenai barang yang ada di rumah. Kita harus memilah mana yang masih bisa dipertahankan dan mana yang sudah harus disingkirkan. Belajar ikhlas untuk melepaskan ikatan-ikatan berlebihan atas barang dan belajar bersyukur akan kecukupan kita terhadap beberapa barang yang memang penting dan valuable. Jika terjadi banjir dan harus kehilangan beberapa barang, setidaknya kita sudah belajar berlepas dari ikatan emosional berlebihan terhadap barang dan bisa lebih cepat melanjutkan hidup setelahnya.
Ada banyak hal lagi yang bisa kita lakukan untuk mempersiapkan diri, salah satunya adalah seperti di bawah ini
#BelajarJadiMinimalis diinisiasi oleh Lyfe With Less, merupakan ajakan kepada teman-teman yang tertarik mengenal dan mempelajari gaya hidup minimalis di Indonesia.
Lebih banyak informasi dan sharing mengenai gaya hidup minimalis di Indonesia bisa kamu ikuti di Instagram @lyfewithless. Dengarkan juga podcast Lyfe With Less di Spotify, Anchor, Google Podcast, Radio Public dan Breaker.
2 comments
Febuari 2020 lalu saya mengalami kebanjiran, merusak ratusan buku yang saya miliki.
Saya pun merasakan pembiasaan gaya hidup minimalis dengan declutteringnya yang saya lakukan sejak 2016, ternyata menemukan peran yang signifikan saat terjadi banjir: saya jadi lebih ringan untuk melepaskan dan ke depannya pun saya jadi lebih fokus untuk menyelamatkan barang apa saja saat akan terjadi banjir lagi. — Semoga sih nggak banjir lagi —
Wah sama dong aku juga kebanjiran. Duh kebayang sedihnya buku-buku jadi rusak 🙁 betul bgt dengan mengadaptasi gaya hidup minimalis, kita jadi tahu mana yang perlu ada dan tidak. Sehingga meminimalisir banyaknya barang kurang penting di rumah yang bikin jadi ngga keliatan barang yg sebetulnya penting. Aamiin semoga tahun baru 2021 nanti engga banjir ya!