Pentingnya Belajar Move On Lewat Self-Forgiveness

0 Shares
0
0
0

Kita semua pasti pernah berbuat salah, entah kepada orang lain maupun diri sendiri. Seringkali, setelah melakukan kesalahan, kita mencoba untuk menyelesaikannya dengan berfokus pada faktor eksternal saja (minta maaf dengan orang yang bersangkutan). Padahal, melepaskan rasa bersalah dan malu merupakan bagian yang penting dalam perjalanan untuk move on dari kesalahan masa lalu.

Photo by Giulia Bertelli

Ketika kita belajar untuk memaafkan diri sendiri, hal itu akan mengubah perspektif dan pola pikir menjadi lebih baik. Dengan kondisi yang lebih baik, kita dapat membuat perubahan yang jauh lebih signifikan untuk menghadapi masalah yang ada. Dalam ‘Handbook of the Psychology of Self-Forgiveness’

Ketika kita mencoba memaafkan kesalahan orang lain, muncul perasaan ringan karena berkurangnya beban emosi negatif, seperti kemarahan atau kekecewaan yang mendalam. Hal itu juga berlaku ketika kita mencoba memaafkan diri sendiri. Segala macam emosi yang dulu berkecamuk akan reda. Begitu gelombang emosi mereda, logika dan rasionalitas mulai memenuhi pikiran kita. Sehingga kita dapat memetakan masalah yang ada dan mengeksplorasi apa yang sebenarnya terjadi di dalam diri kita.

Jika kita tidak menemukan kunci untuk melakukan Self-Forgiveness maka kita akan terus merasa khawatir dan menghukum diri sendiri, yang hanya akan menjadi mind clutter bagi kita dan akhirnya justru malah memperburuk situasi. Menekan diri sendiri secara berulang kali hanya memperkuat rasa malu dan bersalah, serta mendukung pikiran negatif bahwa kita orang yang buruk. Selain itu, kalau sudah terbentuk kepercayaan bahwa kita termasuk manusia yang buruk, tanpa sadar kita mencegah diri sendiri untuk berubah dan kemungkinan besar akan terus melakukan kesalahan yang sama.

Self-Forgiveness juga penting untuk kesehatan fisik dan mental. Menurut Kendra Cherry. MS, seorang penulis dan juga konsultan pendidikan, memaafkan dapat mengurangi stres, yang juga akan meningkatkan kekebalan tubuh, meredakan masalah kesehatan mental seperti depresi dan kecemasan, serta meningkatkan kesehatan fisik, terutama kesehatan jantung, karena berkurangnya rasa marah. Jadi, selain mengatasi kecemasan dan depresi, ketika kita berlatih memaafkan diri sendiri maka kesehatan kita secara keseluruhan ikut meningkat.

Cara Melakukan Self-Forgiveness

  1. Terima Kesalahanmu
Photo by Alex Green

Kita semua manusia dan pernah membuat kesalahan. Tetapi kita tidak akan bisa benar-benar bangkit dari kesalahan kecuali mengakuinya. Hidup dalam penyangkalan membuat kita tidak dapat berkembang dan belajar. Mengakui tentang apa yang kita lakukan dan bertanggung jawab, membuat kita dapat memahami kenapa kesalahan itu bisa terjadi. Lihat peran kita dalam situasi tersebut dan pahami bahwa penyesalan semata tidak ada artinya. Ketika kita sudah mempelajari kesalahan yang telah dilakukan, kita juga dapat mengambil langkah-langkah untuk menghindari melakukan hal yang sama di masa depan. 

  1. Sayangi Diri Sendiri

Berikan kasih sayang kepada diri sendiri. Kita seringkali bersikap lebih baik kepada orang lain daripada diri kita. Bicaralah pada diri sendiri seperti berbicara dengan sahabat kita. Sadari bahwa membuat kesalahan tidak membuat kita menjadi orang yang salah. Jika memang merasa kesulitan berjuang untuk memaafkan diri sendiri atas kesalahan masa lalu, bercerita kepada profesional seperti psikolog atau terapis dapat membantu. 

  1. Berbagi Pada Orang Lain

Gunakan kesalahan yang sudah dilakukan sebagai pengingat untuk berbuat lebih baik. Jadikan itu sebagai pelajaran yang dapat digunakan selagi bergerak maju. Kita bisa mencoba memaafkan diri sendiri sekaligus membantu orang lain pada saat yang sama. Ini bukan hanya tentang berdonasi atau beramal semata. Dengarkan masalah orang lain dan bantu orang yang membutuhkan kita. Setelahnya, kita hanya perlu memberikan kebaikan dan rasa sayang yang sama seperti yang kita terapkan pada orang lain, yaitu pada diri kita sendiri.


Writer: Lyfe With Less

0 Shares
2 comments
  1. Self forgiveness memang diperlukan, terutama untuk kesalahan-kesalahan yang bagaikan makanan basi. Makanan yang menjadi basi karena kelalaian adalah suatu kesalahan, tetapi langkah terbaik yang perlu dilakukan adalah membuangnya, bukan menyimpan atau malah memakannya (dengan alasan demi menebus kesalahan telah membiarkannya basi).

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

You May Also Like

Health & WellbeingFilosofi Stoik: Hidup Anti Stres dan Lebih Santai

Meski sudah ada sejak jaman dahulu, ajaran stoik kian berkembang dan beragam karena masih banyak diminati oleh banyak orang. Wajar saja jika banyak yang tertarik mempelajari stoicism, apalagi bagi para penganut minimalisme, karena ada beberapa nilai stoicism yang cukup berkaitan dengan nilai minimalis. Mari coba kenali lebih jauh mengenai stoicism!

Health & WellbeingAntara Minimalis, Hobi, dan Koleksi

Memiliki hobi atau sebuah kecintaan terhadap koleksi barang tertentu seringkali menimbulkan dilema bagi para penganut gaya hidup minimalis. Padahal sebenarnya kita bisa menjalani sebuah hobi atau kecintaan dengan tetap memperhatikan nilai esensi maupun fungsionalitas.